≡ Menu

Mengapa masa depan mengarah ke kamera full frame?

Meskipun masih dalam kondisi pandemi global, dalam tiga bulan terakhir (Juli-September 2020), perusahaan kamera sangat aktif dalam meluncurkan kamera baru. Tujuh kamera baru yang diluncurkan bersensor full frame, dan dua diantaranya micro four thirds.

Kamera tersebut adalah Canon EOS R5 & 6, Nikon Z5, Sony A7S IV & A7C, Lumix S5, Leica M10-R, dan kamera micro four thirds adalah Lumix G100 dan Olympus OMD EM10 IV.

Sony A7C, salah satu kamera mirrorless full frame yang baru diumumkan

Melihat pola ini saya jadi berpikir, apa kabar kamera bersensor APS-C? Mengapa semua pabrikan tidak hanya membuat kamera mirrorless tapi juga bersensor full frame belakangan ini? Alasan melakukannya bisa bermacam-macam, dua perkiraan saya antara lain:

Pertama, membuat kamera dengan sensor besar dapat memperoleh profit margin yang lebih besar daripada membuat sensor yang lebih kecil. Fotografer sepertinya akan lebih bisa menerima membayar lebih untuk kamera bersensor besar daripada kamera bersensor APS-C.

Di benak konsumen ada perasaan bahwa kamera bersensor APS-C seharusnya memiliki harga antara 5 – 15 juta, sedangkan untuk kamera full frame, konsumen sudah terbiasa menerima bahwa kamera full frame memiliki harga sekitar 15-50 juta atau bisa juga lebih sesuai kinerja kameranya.

Dengan pasar kamera yang makin menyusut, tentunya membuat dan menjual kamera APS-C dengan harga rendah akan semakin sulit untuk pabrikan kamera saat ini dan kedepannya.

Kedua, dengan berkembangnya kamera mirrorless, kamera dengan sensor full frame bisa dibuat jauh lebih compact dibandingkan dalam bentuk kamera DSLR karena ketiadaan kotak cermin (mirror box SLR) dan jendela bidik optik. Dengan ukuran kamera yang lebih compact, kamera full frame jadi lebih menarik bagi fotografer enthusiasts dan profesional.

Meskipun kamera full frame sudah bisa dibuat compact, bahkan lebih compact dan ringan dari kamera bersensor APS-C, tapi lensa-lensa full frame masih agak besar, terutama lensa zoom yang berkualitas tinggi atau lensa fix berbukaan besar, f/1.4 misalnya.

Kamera bersensor APS-C (kiri) lebih besar ukurannya daripada kamera bersensor full frame (kanan). Ilustrasi dari Apotelyt.com

Untuk mengatasi masalah tersebut, fotografer bisa mengunakan lensa yang lebih kecil, yang ditujukan untuk sensor APS-C, karena sebagian besar pabrikan kamera mengadopsi sistem one mount, artinya kamera APS-C dan full frame mereka memiliki mount lensa yang sama, sehingga kita bisa memasang lensa APS-C ke kamera full frame dan sebaliknya, memasang lensa full frame ke kamera APS-C.

Dengan memasang lensa APS-C yang berdiameter lebih kecil ke kamera full frame, bukannya itu merupakan kerugian? APS-C crop akan menurunkan resolusi foto, misalnya kamera full frame 61 MP akan mendapat 26MP, 45MP akan mendapat 20MP, dan 24MP akan mendapatkan 10MP. Memang hal ini merupakan ketidakoptimalan.

Tapi jika melihat kamera full frame sudah ada yang mencapai 61MP (Sony A7R IV) dan APS-C Cropnya 26MP (setara dengan kamera Fuji X-T4 yang sensornya APS-C), dan kedepannya mungkin yang lain akan menyusul atau bahkan di masa depan akan ada kamera full frame dengan sensor 80 atau 100MP, yang mana APS-Crop-nya menghasilkan sekitar 41 dan 33MP.

Di lain pihak, pengembangan teknologi sensor untuk kamera APS-C atau micro four thirds lebih pelan perkembangannya dan sepertinya jika melihat penyusutan volume penjualan kamera, maka pengembangannya akan lebih lambat dan tergantung dari pengembangan sensor full frame.

Contoh kamera full frame 50MP akan menghasilkan 22MP saat mengunakan lensa APS-C atau di crop 1.5x, dan bagi sebagian besar fotografer, 20-24MP jauh lebih cukup untuk berbagai kebutuhan.

Dengan munculnya beberapa kamera full frame mirrorless baru yang makin terjangkau dan good value seperti Nikon Z5 (22jt), Sony A7C (26jt) dan Lumix S5 (30jt), saya memprediksikan akan semakin banyak kamera mirrorless full frame yang akan dirilis di beberapa tahun kedepan.

Bagaimana dengan APS-C atau sensor micro four thirds? Beberapa pabrikan kamera akan tetap membuatnya tapi tidak dalam jumlah besar dan tiap kameranya mungkin punya desain/kelebihan khusus yang tidak dimiliki oleh kamera lain seperti Fuji X-PRO, kamera Ricoh GR, dan seri Lumix GH yang unggul di video.


Bagi yang ingin belajar fotografi, periksa jadwal kami di halaman ini.

Jangan lupa untuk subscribe ig kami @infofotografi_official dan Youtube Channel Infofotografi

Saksikan pembahasan ini di Youtube Infofotografi

About the author: Enche Tjin adalah pendiri Infofotografi, seorang fotografer, instruktur fotografi, penulis buku dan tour photography organizer. Saat ini, ia bertempat tinggal di Jakarta. Temui Enche di Instagram: enchetjin

{ 3 comments… add one }
  • Tegar September 23, 2020, 9:39 pm

    Om enche bahas fullframe jadul dong om, lagi tertarik banget sama nikon d610 tapi masih bingung ambil atau ngga, thanks om

  • kriske September 20, 2020, 1:59 am

    A7S IV / III om?

Leave a Comment