≡ Menu

Opini tentang Sony A7C : Kamera full frame Compact

Beberapa bulan lalu, muncul rumor bahwa Sony akan membuat kamera mirrorless full frame yang compact dan lebih terjangkau dengan nama Sony A6, tapi ternyata nama resminya rupanya A7C. Sebenarnya menurut saya lebih pas kalau namanya Sony A6 karena desainnya mirip Sony A6xxx yang berformat sensor APS-C.

Sony A7C (kiri), A7III (kanan)

Tapi mungkin karena nama A7 sudah populer, kenapa gak nebeng saja? C pada A7C kemungkinan besar singkatan dari Compact. Kehadiran Sony A7C ini meramaikan kamera mirrorless Sony A7 yang cukup ramai: A7II, A7III, A7SII, A7SIII, A7RII, A7RIII, dan A7RIV.

A7C ini menurut saya ditujukan kepada generasi content creator yang ingin kamera yang compact dan ringan tapi hasil foto dan video yang lebih baik dari sensor APS-C terutama dalam kondisi gelap atau saat cahaya kontras. Supaya tidak mengganggu pemasaran lini A6xxx, Sony meluncurkan A7C dengan harga lebih tinggi.

Teknologi di dalamnya diwariskan dari kamera pendahulunya, jadi tidak ada teknologi yang baru: sensor full frame 24MP dari Sony A7III, sistem autofokus-nya dari A7SIII, sedangkan untuk lensa kit/paketannya disiapkan lensa yang cukup compact yaitu 28-60mm f/3.5-5.6.

Bagi penggemar fotografi, ukuran Sony A7C yang compact tentunya menjadi daya tarik utama. Lensa kit 28-60mm f/3.5-5.6 yang dipaketkan terlihat padu dengan kamera ini, atau bagi yang senang lensa fix, Sony punya lensa FE 28mm f/2, FE 35mm f/1.8 dan FE 50mm f/1.8 yang ukurannya cukup compact untuk dipasang di A7C. Dengan ukuran dan bobot yang ringan, Sony A7C bisa juga menarik minat fotografer/vlogger wanita.

Small Rig sudah mempersiapkan solusi aksesoris “cage” untuk kebutuhan content creator

Ada beberapa hal yang saya suka dari Sony A7C seperti ukuran yang compact dan ada built-in stabilization (steady shot), tetapi juga ada yang saya sayangkan dari A7C, contohnya tidak ada peningkatan yang berarti di kualitas video (misalnya tidak ada 10-bit atau 4K 60p).

Selain itu harga yang masih relatif agak tinggi yaitu US$1800 (Rp26.7 juta) body only, dan US$ 2100 dengan lensa kit 28-60mm (Rp 31 juta). Bagi profesional seperti wedding photographer, Sony A7III adalah pilihan yang lebih bagus karena punya dual card slot, body dan pegangan lebih besar, sehingga lebih pas saat memasang lensa zoom berbukaan besar, punya tombol yang lebih banyak dan punya joystick untuk memudahkan navigasi.

Karena hal-hal tersebut diatas, saya merasa Sony A7C ini akan diminati pangsa pasar yang lebih khusus (niche) yang mementingkan kamera dengan sensor full frame tapi dengan ukuran dan bobot seringan mungkin. Contohnya para street/travel photographer dan vlogger.

Spesifikasi Sony A7C

  • Full frame 24MP
  • Layar putar
  • Sistem autofokus seperti A7SIII
  • Video 4K 30p
  • Foto kontinyu 10 fps
  • Jendela bidik 2 juta titik
  • Built-in image stabilizer
  • Baterai NP-FZ100
  • 1 SD card slot
  • Mic & Headphone Jack
  • lensa paketan 28-60mm f/3.5-5.6
  • Berat: 509 gram
  • Dimensi: 124×71.1×59.7mm
  • Harga $1800 body only kemungkinan Rp 26 jt $2100 dengan lensa kit (Rp 31jt)

Ingin belajar fotografi? Silahkan kunjungi jadwal kelas kami atau hubungi kami di 0858 1318 3069

About the author: Enche Tjin adalah pendiri Infofotografi, seorang fotografer, instruktur fotografi, penulis buku dan tour photography organizer. Saat ini, ia bertempat tinggal di Jakarta. Temui Enche di Instagram: enchetjin

{ 2 comments… add one }
  • gun September 16, 2020, 8:32 am

    Kamera nya tidak manarik. model begini, lebih baik beli a6600 saja, sudah cukup ringkas & powerfull, untuk foto & video nya. Kalau memang mencari kualitas gambar dari fullframe, saya rasa ukuran seri a7 yang sudah ada , baik dari segi bobot & ukuran sudah sangat cukup . Tidak menjadi penghalang untuk mobilitas.

    • Jaliteng September 18, 2020, 12:35 pm

      Saya setuju dgn anda. Saya tdk suka model kamera sepotong sony. Dibilang rangefinder juga bukan krn tdk ada mirip2nya

Leave a Comment