Belakangan ini saya perhatikan banyak sekali yang sangat peduli dengan peralatan fotografi seperti kamera, lensa dan aksesoris. Misalnya lensa mana yang bagus buat pemandangan, potret atau wedding. Tidak bisa dipungkiri bahwa pemilihan alat yang tepat merupakan hal yang penting. Tapi jangan abaikan meningkatkan ilmu dan pengalaman juga.
Banyak orang membeli alat foto berjuta-juta untuk membeli kamera yang lebih canggih, lensa yang lebih berkualitas, tapi hanya sedikit yang bersedia menginvestasikan uang dan waktu untuk belajar ilmu fotografi itu sendiri. Padahal, banyak alat fotografi bisa rusak dan tidak bisa dipakai lagi dalam jangka waktu beberapa tahun kedepan. Tapi ilmu fotografi tidak. Dalam kurun 100 tahun lebih, dasar ilmu fotografi tetap sama.
Namun kalau dipikir-pikir lagi, alat fotografi itu sebenarnya murah, karena bisa langsung beli, sedangkan untuk belajar fotografi, selain biaya, kita perlu waktu, dan bagi sebagian besar orang, waktu itu sangat berharga.
Untuk itu, ada beberapa tips yang saya ingin bagikan tentang memilih kursus/seminar/workshop yang cocok untuk Anda sekalian.
1. Sesuaikan tingkat ilmu Anda dengan bahan/topik seminar
Misalnya Anda baru saja membeli kamera digital dan awam terhadap dasar fotografi, maka sebaiknya mengambil kursus pemula, bukan advanced. Ada baiknya juga menanyakan kepada penyelenggara atau instruktur tentang materinya terlebih dahulu karena judul saja biasanya tidak pas dengan tingkat ilmu Anda.
Contohnya, dulu saya pernah ikut kursus yang diberi judul “Basic Lighting“, materinya tentang lighting (indoor studio), produk, fashion, interior dan beberapa yang lain. Ada beberapa yang ikut baru membeli kamera, dan sepertinya tidak ada “clue” tentang dasar fotografi sehingga kebingungan sepanjang kursus. Alhasil, waktu dan uang terbuang percuma.
2. Lihat karya instrukturnya
Bila karyanya sesuai dengan apa yang ingin Anda capai dan raih, tentunya ikuti acaranya, sebaliknya bila gaya instrukturnya tidak sesuai dengan apa yang Anda ingin capai, sebaiknya mencari lagi acara yang sesuai dengan tujuan fotografi Anda.
Setelah menemukan instruktur yang karyanya Anda suka, siapkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana proses pembuatan fotonya. Instruktur yang baik biasanya akan senang hati membagikan proses pembuatan fotonya.
3. Harga murah vs mahal
Acara yang murah dan mahal ada positif negatifnya. Acara yang harganya murah biasanya diikuti oleh banyak orang, yang gratis bisa ratusan. Sedangkan yang mahal biasanya kelasnya cukup kecil (dibawah 10 orang), tapi yang mahal memberikan kesempatan interaksi yang lebih besar dengan instruktur, sehingga penyerapan ilmu lebih tinggi. Kesempatan untuk praktek juga lebih tersedia. Kalau yang murah, biasanya objek dan alat-alat fotonya terbatas dan harus gantian dan keroyokan, sehingga hasil kurang maksimal.
Ada pula acara pelatihan yang disponsori oleh perusahaan tertentu. Biasanya harganya murah, tapi di dalam acaranya diselipkan pesan-pesan dari sponsor. Acara ini cukup baik sebenarnya untuk meningkatkan wawasan, tapi jangan telan bulat-bulat pendapat instrukturnya. Kita harus bersikap kritis dan bisa membedakan mana yang mengandung promosi mana yang tidak. Misalnya, bila acaranya disponsori oleh merek Nikon, dan di dalam acaranya instrukturnya mengatakan hasil kamera Nikon lebih tajam dan bagus, jangan dipercaya sebelum meneliti terlebih dahulu.

Acara foto gratis dengan model ini untuk mempromosikan Toyota Yaris. Makin murah acaranya makin rame, tapi makin sedikit ilmu dan pengalaman yang bisa didapatkan di acara model seperti ini.
4. Sertifikat
Ada kursus yang bersertifikat, ada yang tidak. Ada yang harus menyelesaikan beberapa tugas / PR sebelum diberikan sertifikat, ada yang langsung diberikan ketika acara usai. Saya pikir jangan mengikuti suatu acara berbasiskan ada sertifikat atau tidak, yang penting kita dapat ilmunya. Kecuali memang bila sertifikat itu suatu syarat untuk naik jabatan di perusahaan tertentu.
Demikian lah tips-tips saya sebelum memilih acara fotografi. Semoga membantu dan tetap semangat!
Kalau saya sih,, belajar dengan lansung dengan orang yang memang sudah mengerti dan punya wawasan luas di dalam dunia photography, dan saya juga lansung masuk club photogarphy, tapi bukan comunitas, kalau di dalam sebuah club sharing antar anggotanya tentu ada, kalau komunitas belum tentu,, karna komuntas kebanyakan mereka hanya untuk ngumpul-ngumpul.. untuk mengisi waktu mereka,,
setuju point 1 dan 4..
point 2, kemaren saya baru ikut kursus nih mas…yg ditampilkan pembicara bukan foto yg bagus2…kenapa, karena dia tidak mau ‘berbohong’ kepada peserta..biasa guru kursus akan memberikan foto yang sudah ‘matang’, sehingga murid2nya kesan “waaahh”, “woooowww”, “keerreeenn”..tapi saya kemaren diberikan foto2 yang “mentah” langsung dari kamera..jadi hasilnya tidak jauh beda dengan hasil foto saya..tapi disitu kita diajari bagaimana menghasilkan sebuah foto dari mulai konsep, sampai pada hasil akhir..lumayan ilmunya
ada ratusan, ribuan bahkan jutaan ilmu diluar sana..tapi kalau setiap membidik anda ‘lupa’ yg pernah anda pelajari, hasilnya sama saja anda menggunakan fasilitas auto…
wassalam
tukangpoto January 8, 2011 at 11:06 am
Kalo saya dulu lebih memilih metode belajar ‘trial & error’ secara otodidak melalui majalah ‘fotomedia’ ( almarhum ) dan buku-buku fotografi, lebih kerasa prosesnya.
sama mas….buku, majalah, video, workshop, hunting..
Setuju sama mas ‘pemblajar’..banyak-banyak nyari referensi dan lihat hasil orang lain..dikursus selalu berusaha bertanya, biar di anggap bego juga jgn malu..karena saya disini belajar!..kalau tidak pernah salah namanya bukan belajar..dan memang kursus di indonesia masih banyak yang ‘nyuapin’ anak didik, sehingga begitu mereka keluar dari kursus..taunya cuma auto. begitu ketemu situasi sulit, mereka bingung sendiri^^..terjadi sama salah satu temanku dari School C****. di sekolah mereka beli gear 5D MKII, makenya P dan Auto..lucunya anak-anak orang kaya^^…
trim ya
hmmmmmmmmm binggung w
Patokan belajar fotographi dasar (tips motret pemula) gmn?apa yg dihapal dl um?kira2 untuk siang, malam, indoor, outdoor, obyek bergerak, obyek diam. n ga pake blitz dl ya?(patokan Av,Tv,shuter speed dll 🙂 .tks.
Terima kasih Om……
Om kalau kita mau belajar otodidak
Mungkin bisa dibantu web yang menyediakan link yang bisa membantu untuk kita belajar otodidak?
Nuhun
Gak ada website yang khusus sih, tapi biasanya dari berbagai web. Cari-cari saja melalui Google. 🙂
Baca buku-buku fotografi,sharing dengan teman2 sesama penggemar fotografi dan sering lihat foto2 hasil karya orang lain sebenarnya sudah cukup memadai ilmu yg kita peroleh bagi yg sekedar hobi jeprat-jepret, tapi akan lebih baik dan komplit seandainya ditunjang dengan pendidikan secara formal misalnya dengan mengikuti kursus/diklat dll. Tapi sayang sekali dikotaku (kediri) tidak ada diklat semacam itu….
ini cuma unek2 bodo saya……
saya heran dengan kursus2 atau seminar2 yg brani memberikan sertifikat….. padahal metoda pemblajarannya secara tegas, tidak bisa bisa di terima oleh para pemula…..yg mana pd umumnya mereka membeli kamera yg canggih……..
ada keuntungan2 tertentu bagi pemula yg memiliki kamera canggih…….. mereka dapat menggunakan full automatic….. dan secara kebetulan, mendapatkan hasil gambar yg indah….(….haloo….ini untuk pemula yg mengerti dasar ilmu fotografi…..) saya pernah mengikuti kursus fotografi….. namun apa yg saya dapat? total ilmu dasaaaar yg bisa saya pelajari sendiri di buku panduan teknis setiap kita membeli kamera….. setiap pemula yg pernah ikut ingin ikut kursus fotography, passti pernah menekan tombol triger kameranya, dan merasa tidak puas pd hasil yg di dapat……sementara mereka sudah mengeluarkan uang untuk biaya kursus, hunting dan pembelian kamera itu….tp apa yg mereka dapat…..???? print2nan sertifikat lulus…..padahl bukan itu yg mereka cari….!!!!!!
disini saya sumbang saran bagi pemula2 yg berpikir ingin mengikuti short course atau hunting fotografi…..sebelumnya memutuskan, hendaklah sering2 menikmati foto2 karya orang dulu baik yg di majalah maupun hasil jepretan temen
dan jangan lupa pada pedoman awal fotografi….
“MELUKIS DENGAN CAHAYA”
saya garansi jika anda berpedoman pd bentuk dasar fotografi,…… dengan kamera pocket pun anda sudah dapat menghasilkan foto2 yg indah….walaupun terbatas……atas perhatian temen2 saya ucapkan terimakasih…..RINO HADIATMANA
Kalo saya dulu lebih memilih metode belajar ‘trial & error’ secara otodidak melalui majalah ‘fotomedia’ ( almarhum ) dan buku-buku fotografi, lebih kerasa prosesnya.
saya suka pendapat ini…. betul sekali. banyak fotografer terpesona oleh perlengkapan, tetapi lupa untuk membedayakan kameranya sendiri
tips yang sangat berguna, terutama point nomor 3
wah..tips-tips ini membantu saya yang akan mengambil kursus photography..thx..