Film (movie) memiliki banyak persamaan dengan fotografi. Sama seperti fotografi, film dibuat dengan mengunakan kamera, tepatnya video camera dan juga mengunakan lensa. Dalam beberapa tahun terakhir, kamera digital SLR banyak yang sudah bisa merekam video dan digunakan secara luas baik untuk hobi maupun profesional.
Sama seperti halnya fotografi, untuk memproduksi film yang berkualitas visual yang baik, diperlukan pemikiran yang matang terhadap lighting (pencahayaan), komposisi, warna dan sebagainya.
Oleh sebab itu, dengan menonton film yang baik secara visual, kita bisa belajar tentang fotografi juga. Yang penting kita tidak asal nonton saja, tapi sambil nonton, sambil memperhatikan elemen-elemen visual di dalam film. Contohnya komposisinya, dimana penempatan subjek utama? apakah di tengah-tengah atau agak sedikit kesamping (mengikuti aturan sepertiga). Darimana arah datangnya cahaya? apakah dari atas, bawah, atau samping? Keras atau lembut cahayanya? Mengapa sutradara memilih pencahayaan yang demikian?
Lalu perhatikan juga pengunaan warna di dalam menonton film. Warna biasanya dikaitkan dengan mood/perasaan. Warna kuning dan jingga menggambarkan perasaan yang hangat, gembira. Warna biru menggambarkan suasana yang dingin atau tenang. Warna gelap seperti hitam menggambarkan suasana yang misterius dan horror.
Dari menonton film, kita-kita yang belajar fotografi bisa memperoleh manfaat untuk meningkatkan ilmu fotografi kita. Maka dari itu kalau bisa jangan sekedar nonton, tapi juga perhatikan komposisi elemen-elemen visual yang digunakan sang sutradara.
Beberapa film dari jaman dulu yang visualnya bagus untuk dipelajari:
Days of Heaven (1978) Pemeran utama Richard Gere
Film jadul ini scene-scenenya hampir semua dibuat pada sore menjelang malam hari saat matahari rendah di cakrawala dan memancarkan cahaya keemasan. Di fotografi, kita mengenal istilah magic hours, yaitu sekitar 30 menit sebelum matahari tenggelam. Saat itu warna langit dramatis dan hangat.
The Last Emperor (1987)
Film tentang kehidupan Puyi, kaisar terakhir Dinasti Qing Cina dari kecil sampai tua. Di dalam film ini, digunakan banyak sekali warna-warna yang merefleksikan atmosfer pada saat itu. Misalnya sutradara memilih warna-warna cerah seperti kuning dan jingga pada saat Puyi kecil melukiskan masa-masa bahagianya. Dan mengunakan warna yang agak kelam (saturasi warna yang rendah) pada saat Puyi ditahan.
In the mood for Love (2000) pemeran utama Maggie Cheung & Tony Leung
Film Hongkong ini tentang kisah percintaan antara dua insan yang kesepian karena ditinggal oleh pasangan mereka. Film ini menarik karena kameramennya adalah juga fotografer. Maka dari itu komposisi foto ini sangat menarik secara visual dan lebih terkesan fotografi daripada komposisi yang biasanya kita lihat di film. Pemakaian warna-warna juga sangat baik untuk menggambarkan mood. Seperti penggunaan warna merah untuk menggambarkan cinta yang menggebu.
Tentunya masih banyak film-film lain yang bagus-bagus, tapi tiga film diatas ini sangat menarik perhatian saya. Kalau ada film yang bagus dari segi visual, tolong kabari saya ya 🙂
Film the secret life of walter mitty juga recommended banget om. Rule of third di pake banget dlm pengambilan gambar di film ini.
Kolau direct of photography apa tugasnya ya om.?
Banyak juga, pada intinya mengatur kamera, pergerakan kamera, lensa, filter, komposisi, lighting, gaya visual, dll Bukan untuk fotografinya saja, tapi untuk keseluruhan produksi film.
mmm gmn kalok bikin pameran foto grafi yang rutin 6 bulan 1 kali gt kan lebih asik,,,,,,,,,,
yap, king’s speech bagus pengambilan gambarnya
Saya suka scene The Legend of 1900, kisah pianis di kapal pesiar….
Film “300” yg menceritakan tantang spartan menurut saya yg palig keren dari segi ftografi.kenapa? Karna disitu terlihat dari mulai komposisi hingga setting tempat dan warna yg sgt indah sekali apabila di aplikasikan ke dunia fotografi. IMHO
makasih infonya mantab buat pengetahuan.
Makasih ilmunya bang…………ada banyak media buat kita belajar, yg penting tinggal kemauan kita az …mau ga buat maju……..
ok bang kapan2 sertakan juga tentang karya2 fotografer yg suka gunakan phoncell atau kamera saku…..saya tertarik banget buat belajar. karena saya berkeyakinan di balik keterbatasan di kedua jenis kamera tsb. justru terselubung kelebihan yg tdk dimiliki di kamera DSLR…. ( xixixii…kalau hasil kamera DSLR bagus…itu sih sudah biasa…).
Wah bener banget… blm lama saya jg memperhatikan scene2 beberapa film… terutama masalah komposisi… lumayan bisa nambah inspirasi saat motret… saya lebih suka film drama atau theatrical karena ada banyak scene yg bagus2 hehe…
terimakasih
kalo saya baru nonton Last Night http://www.imdb.com/title/tt1294688/ om, asik liat warna warna kalem di malam harinya + dekorasi ruangan yang mendukung.
Enche, boleh coba nonton The King’s Speech.
dari angle nya, mnrt saya, “photography look” banget. hehehe..
saya suka WB di dalam film itu.
ok nanti saya beli dvdnya mudah2an sudah ori
Thanks Edu
“cinta dalam sepotong roti”-nya garin nugroho. nice pictorial movie
Sebenarnya saya juga jarang nonton film, hehe jadi saya kurang tau 🙂
Kalau yang film2 horor2 misteri yang marak sekarang keknya sudah menerapkan konsep warna dengan baik ya?
lantas bagaimana dgn film indonesia??
apakah ada yg menyerupai hal tersebut??
sepakat…yook…kita bikin film yook…full tentang fotografi…gimana…??