Tanggal 13-15 Juli 2012 yang lalu, saya dan beserta beberapa peserta tur berjumlah total 8 orang melakukan perjalanan ke Yogyakarta dan Solo. Ini kali kedua saya ke Yogya-Solo. Kita disana selama tiga hari dua malam. Tidak seperti jalan-jalan biasa, fokus kita lebih ke belajar praktik fotografi. Artinya, harus bisa bangun pagi untuk menanti matahari terbit 🙂
Beberapa foto favorit saya di tur antara lain:
Pantai Parangtritis merupakan salah satu lokasi favorit saya (dan juga beberapa peserta tur yang lain). Alasan saya karena pantainya landai, ombaknya juga lumayan besar. Saat matahari terbenam, warna-warna langit didominasi warna biru, kuning dan jingga terpantul di genangan air akibat ombak. Di foto diatas, air yang menyusut terlihat mulus dan bergerak karena shutter speed yang cukup lambat.
Di foto diatas, tujuan saya adalah memasukkan elemen-elemen perahu, matahari terbit, waduk, dan lingkungan sekitarnya dalam satu foto. Setelah menjelajah sedikit, saya memutuskan untuk berdiri cukup dekat dengan perahu dan memakai lensa yang lebar untuk menangkap perahu dan lingkungannya. Bagian yang agak gelap (shadow) saya terangkan dengan Adobe Lightroom.
Kerbau bule ini dapat ditemukan kandangnya di salah satu sudut alun-alun kota Surakarta dekat Kraton. Kebo bule ini unik karena warna kulitnya albino, campuran putih dan merah muda. Katanya kebo bule ini termasuk hewan keramat. Saya mendapati Kebo-kebo disini cukup jinak karena sudah biasa dikelilingi dan ditonton wisatawan. Karena itulah, saya memberanikan diri untuk foto dari jarak yang dekat (close-up) dengan mengunakan jarak fokus yang cukup lebar yaitu 35mm.
Salah satu abdi dalem (pegawai Kasunanan Surakarta) yang sedang mengumpulkan buah seperti kurma yang jatuh dari pohon-pohon dipekarangan Kraton. Yang menarik bagi saya adalah cahaya matahari yang menyinari sebagian dari tubuh dan wajah abdi dalem tersebut. Latar belakangnya juga cukup rapi, yaitu tiang-tiang yang memberikan kesan lingkungan dan perspektif.
Candi Plaosan ini jauh lebih tidak terkenal daripada Candi Prambanan atau Sewu yang lokasinya cukup dekat. Tapi saya sendiri sangat suka Plaosan karena bentuknya cukup khas dan lokasinya dekat sawah dan ideal untuk foto matahari tenggelam. Tapi sayangnya cuaca hari itu mendung. Cahayanya jadi datar. Saya coba komposisi bingkai simetris dan mengolah warnanya sedikit kekuningan untuk memberikan kesan retro/jadul.
Candi Borobudur memang menarik sekali arsitekturnya. Gak bosan-bosan saya kesana. Tapi kalau moto itu sulit setengah mati karena banyak sekali wisatawannya. Untuk membuat foto diatas, saya menunggu cukup sabar sampai semua pengunjung tidak terlihat. Namun saya gagal lagi, karena ternyata di foto tersebut ada orang yang tiba-tiba melintas. Untungnya orang tersebut agak jauh dan kecil, sehingga menghapus via Adobe Photoshop tidak memakan terlalu banyak waktu.
Demikian laporan saya kali ini. Semoga membantu memberikan inspirasi bagi yang ingin jalan-jalan dan sekaligus mengasah ilmu fotografinya. Mudah-mudahan dalam waktu dekat, saya bisa menyelenggarakan fotografi trip di lokal dan mancanegara lainnya karena praktik foto langsung + bimbingan sangat efektif untuk mengasah ketrampilan fotografi 🙂
Dear Ko Enche. Saya cuman pingin tanya singkat saja, ada bbrp pendapat bahwa untuk shoot foto indoor lebih bagus menggunakan kamera Nikon sedangkan untuk outdoor lebih bagus menggunakan kamera Canon. Apa betul seperti itu ? Karena saya lagi mulai belajar fotografi dan bingung kalo harus menyiapkan dana untuk dua merek kamera tsb. Mohon pencerahannya.
Thanks.
@Ariska setiap merek memiliki jenis kamera dan lensa dalam jumlah yang sangat banyak dan bervariasi, jadi tidak bisa distereotipe seperti itu. Banyak fotografer yang memakai Canon dan Nikon untuk memotret outdoor dan indoor dengan hasil yang baik.
bagi-bagi tipsnya yaaaa
salam kenal & luar biasa….sy kbtln msh pemula dlm dnia ftgrafi,yg ingn sy tnykn bgmn untuk mengmbil gmbr secara manual dgn menggunkn cmr Nikon D3000 tp hslny bs nampak sprti asliny,cz slma ini sy cb hslny krg memuaskan….mksh!
@oggy’ pertama2 harus paham tentang segitiga emas exposure dulu lalu banyak praktik dengan mode manual.
salam kenal – saya msh pemula, baru pakai kamera prosumer nya Nikon, ingin belajar SLR juga –
mau tanya, foto-foto diatas demikian sesuai dengan aslinya atau ada editing lagi ?
trims
@Laras Halo, salam kenal juga. Foto yang ke-2 da 5 editing yaitu mengubah warnanya jadi terkesan jadul. Sisanya sesuai aslinya. 🙂
wah keren banget fotonya…
itu pake filter ga koh?
ini pake lensa kit IS 18-55mm juga bisa dapet hasil kayak gini ya?
@Rudhi gak pakai filter. Ada foto yang mengunakan lensa wide (yg 16mm) jadi 18-55mm gak bisa buat hasil yang serupa. Tapi beberapa foto yang lain bisa. Trims.
jiuzhaigou bagus banget pak….tempat pembuatan film avatar,harus kesana tuhhh
itu foto pake nikon ya ommm
iya hen
kerennnnnnnnn !!!!!!!!!
itu foto yang menggunakan F/11 atau F/16,
kalo file aslinya dizoom hingga actual sizenya, apakah tajam hasilnya om?
@tomfreakz, tajam Tom, mungkin lensa dan kameranya cukup oke
om enche. .itu yg candi brobudur,pucuk candi yg sblah kiri rada melengkung gr2 lensa lebar y? Apa sya yg salah lihat y om?
@yoga benar
koh itu yg di pantai kok pake ISOnya 200? kenapa ga 100 sekalian trus shutterspeednya dilambatin? kan fotonya bakal lebih bagus di ISO terendah
Edwin kalau di Nikon model tertentu paling bagus di ISO 200 terutama untuk memaksimalkan rentang dinamisnya. Kalau di Canon atau Nikon setelah D7000 memang bagusan ISO 100
ga slh tuch om kok tahunnya beda yach yg judul 2011 yg isi 2012 he.he.he.
Iseng aje koreksi kali da slh ketik gtu xixixi
@awan thanks! hahaa
nice jepret ko…foto2nya menarik dan inspiratif, plus penjelasan singkat yg informatif…sgt memberi pencerahan terutama bagi pemula sprti saya ini… : )
mantap….ko enche,…sepertinya asik sekali,…fun dan sekalian mengasah lensa ( belajar jepreet maksudnya,..hehehhe )