Ketika kita kecil, kita belajar dengan meniru orang. Dengan meniru perkataan orang tua kita, kita belajar bicara. Dengan meniru gambar kartun, kita belajar menggambar Mickey Mouse atau tokoh kartun idola kita yang lain. Lama-lama, kita merasa meniru itu merupakan suatu cara yang efektif atau cara pintas untuk belajar sesuatu.
Di dalam fotografi, pemula banyak yang menganggap kegiatan meniru ini bisa membuat foto kita tambah bagus. Salah satu contohnya, saya pernah disarankan untuk menyertakan info teknis pembuatan foto di buku yang akan terbit akhir bulan Maret 2011 ini:
Mas enche, mohon disertakan terus contoh – contoh foto beserta spesifikasinya (merek kamera & ukuran lensa, speed, ISO, dan bukaan, waktu pengambilan gambar). Kadang saya belajar manual settingnya ngintip dari hasil tersebut.
Informasi setting kamera, merek kamera, lensa, waktu pengambilan gambar dll sebenarnya memberikan informasi yang sangat sedikit, dan malah bisa menyesatkan.
Pertama, pemula tersebut akan berpikir bahwa dengan meniru setting tersebut, maka dia akan mendapatkan hasil yang sama dengan foto tersebut. Kedua, pemula akan berpikir bahwa dengan menggunakan kamera dan lensa merek dan jenis tertentu akan menghasilkan hasil foto yang baik.
Apa yang diberitahukan setting kamera (ISO, bukaan, shutter speed) adalah tentang ukuran pencahayaan yang ada pada keadaan sekejab. Keadaan cahaya terutama di luar ruangan selalu berubah, jadi bila kita meniru setting tersebut, akan terjadi masalah dengan gelap terangnya (eksposur) foto. Selain itu, kita tidak mengetahui posisi fotografer dengan subjek utama dan latar belakang, kita juga tidak mengetahui alat-alat lain yang digunakan untuk pembuatan foto (seperti tripod, filter). Kita juga tidak tahu kalau foto itu sudah mengalami pengeditan dalam pengolah foto tidak, dan apa saja yang di ubah dalam proses tersebut.
Informasi jenis kamera, lensa yang dipakai juga akan menyesatkan. Misalnya, pemula bisa beranggapan bahwa harus mengunakan kamera yang canggih dan lensa yang mahal-mahal untuk membuat foto tersebut. Setelah membeli alat-alat sesuai dengan spesifikasi, bila tidak menghasilkan foto yang diinginkan bisa kecewa berat.
Daripada meniru setting di foto tertentu, jenis kamera dan lensa yang dipakai, lebih baik belajar memahami dengan benar tentang segitiga emas fotografi dan teknik-teknik dasar lainnya terlebih dahulu.
Daripada sibuk menerjemahkan dan belajar dari spesifikasi foto yang ada, mendingan kita belajar melihat (to see) Melihat itu tidak sama dengan memandang atau menengok (to look). Saat kita melihat, kita memberikan waktu kepada mata dan pikiran kita untuk memperhatikan detail-detail yang tidak pernah kita lihat sebelumnya dengan hanya memandang sekilas.
Lalu kita harus belajar merasakan (to feel). Dengan bisa merasakan suasana pemandangan yang kita lihat, baru kita bisa mengkomunikasikan dengan efektif suasana (mood) atau atmosfer yang ada kepada orang yang melihat foto kita.
Setelah kita melihat dan merasakan, saatnya kita berpikir, (to think) berpikir kamera, lensa, setting kamera, pengolahan foto yang bagaimana yang bisa membantu kita membuat kita bisa meneruskan, mengkomunikasikan suasana yang kita lihat ke pemirsa foto secara efektif.
Izin Share y om..
klo saya sih cukup menghasilkan foto sebaik2nya dgn gear yg ada, jgn sampek bisa melebihi hasil dari gear yg emang lebih mahal..? ,gear mahal hasil jelek kan malu,klo gear murah hasil bagus kan bangga, tergantung yg make & mood 🙂
Thank’s om pencerahannya membantu banget 🙂
Ane lagi belajar komposisi nih om tapi pakai hp, gak punya DSLR soalnya he..he :malu
Gpp yang penting optimalkan apa yang ada
@Pradikhast, setuju dgn anda,, menciptakan photo yg bgus tdak selalu mnggunakan Manual.. dg Auto pun bisa membuat poto yg bagus,, tapi komposisi tidak bisa auto,, salam jepret
Pagi, Om.
Terimakasih atas SHare Ilmunya, dari infofotografi.com ini saya memulai dunia photography. sungguh sangat bermanfaat buat saya.
setuju sekali
ooo.gitu ya mas…makasi mas.. :)..
saya setuju dengan mas Hendry, kadang ketika saya gabung dengan teman2 yang udah lama pake SLR, jadi kurang pede mas, karena mnrut mereka kamera saya kamera pemula buat amatiran…
Salam Mas, kapan bukunya beredar di gramedia seluruh indonesia? Harga jualnya brp mas?
Diprediksikan tanggal 3 April dan harga jualnya Rp. 43000,-
Setuju mas Enche, skarang ini saya paling bosan dnger obrolan orang ttng gear, kamera DSLR yang dibagi-bagi kelas dari mulai kelas pemula sampe yg Pro, hal tersebut hanya membuat orang tidak pede dengan gear yg mereka miliki
salam kenal mas enche…
saya masih orang baru alias niwbi dalam masalah fotografi dan DSLR..
saya sering bertanya pada teman mengenai settingan yang benar, terutama masalah aperture, dengan kamera yang sama, settingan sama. tapi hasilnya beda…kenapa yah mas?? mohon pencerahannya..thanks..
Lokasi, waktu dan kondisi cahayanya sama tidak? keliatannya salah satunya tidak sama jadi hasilnya juga beda.
ijin share, thx
Sip, thanks
great quotation sangat membantu bgi para pemula thanks
Pas bnget dengan apa yang mau saya lakukan ,
thanks om
Betul om saya sebagai pemula juga sering seperti itu, biasanya memperhatikan jenis kamera dan lensa yang dipake….
S7 Mas Enche…smua tidak perpaku pada gear aja…yang penting komposisi…hehehe sukses buat om enche…your my inspirations..
to see, to feel, to think
setuju sekali