Banyak orang yang mencari-cari cara supaya foto terlihat sempurna. Ada yang berusaha mencapainya dengan mengunakan kamera dan lensa tertentu, ada yang berusaha membuat foto tajam dengan setting bukaan kamera, misalnya mengunakan setting bukaan yang relatif kecil seperti f/8. Tidak sedikit juga yang berusaha menajamkan foto lewat olah digital seperti Adobe Lightroom atau Photoshop CS.
Sebenarnya, tidak semua foto perlu ditajamkan secara maksimal. Di workshop kupas tuntas lensa yang baru lewat, saya menjelaskan bahwa tidak ada lensa yang sempurna, setiap lensa memiliki ciri khas masing-masing. Ada yang tajam dan kontrasnya tinggi, tapi ada lensa yang dipakai fotografer bukan karena ketajamannya, tapi kemampuannya membuat foto menjadi lembut.
Foto dibawah ini mengunakan bukaan yang besar. Saat mengunakan bukaan besar, ruang tajamnya sangat sempit membuat sebagian besar bunga-bunga yang kecil terlihat blur (tidak jelas). Saat saya post ke grup Infofotografi di Facebook, ada beberapa komentar bahwa foto ini tidak tajam, seharusnya mengunakan bukaan yang lebih kecil, atau shutter speed yang lebih cepat supaya bunga-bunganya menjadi tajam semua. Selain menuai kritik, ironisnya, foto ini juga termasuk salah satu foto saya yang paling banyak disukai (like) di Facebook.
Secara teknis memang foto diatas tidak tajam, tapi saya dan sebagian orang malah suka karena memberikan kesan lembut dan alami. Foto yang terindah seringkali bukan yang secara teknis terbaik, tapi yang bisa membuat yang melihatnya dapat merasakan dan menikmati keindahan tersebut.
Kadang-kadang foto yang bagus justru karena ketidaksempurnaan. Di kawasan Angkor, Kamboja, banyak yang mengagumi candi-candi disana bukan karena candi tua itu indah, tapi justru candi-candi tersebut jauh dari sempurna, sebagian sudah rusak, dan menyatu dengan alam. Istilah kerennya “beautiful decay”
Beberapa saat yang lalu, salah satu alumni kursus kilat dasar fotografi membagikan pengalamannya dalam fotografi yang kurang lebih senada dengan apa yang saya utarakan diatas.
Saya telah membaca berbagai referensi baik dari buku, artikel di majalah, atau di media online mengenai fotografi yang menyatakan bahwa pemahaman tentang eksposur , metering dan white balance dan hal teknis lainnya serta benar-benar mampu mengkomposisi gambar dengan menggunakan pedoman seperti aturan sepertiga dan lain sebagainya.
Namun ada hal yang paling penting yaitu unsur Rasa, Estetika dan Persepsi dalam memahami suatu obyek yang akan dipotret. Perjalanan saya di bidang fotografi memasuki tahun ke lima dan saya merasakan ada sesuatu yang sangat membahagiakan saya yaitu berupa talenta dalam melihat sesuatu obyek yang akan saya potret. Mungkin bagi sebagian orang akan sedikit heran dan aneh ketika saya dengan diam-diam memotret rumput atau bunga liar atau sesuatu yang tidak lazim untuk dipotret, toh pada gilirannya eksekusi ada ditangan saya.
Saat saya memotret apapun obyeknya harus ada “hubungan emosional “ dan “spiritual” dengan obyek yang saya potret . Sengaja saya beri tanda kurung bukan berarti hubungan antar manusia dinafikan melainkan kepada alam sekitar dan hubungan spiritual kepada Sang Maha Pencipta Alam Semesta yang memberi kepuasan bathin kepada saya, anda dan kita semua berupa keindahan alam dengan segala isinya.
Samarinda, 11 Oktober 2013
Salam Hangat,
Nurdin Abdul Rivai
Maksud tulisan ini bukan untuk mendorong pembaca supaya tidak menghiraukan teknik memotret yang baik. Malahan sebenarnya sangat perlu untuk mengetahui bagaimana foto yang sempurna secara teknis termasuk dapat membuat foto dengan terang gelap yang pas foto yang tajam. Tapi kita tidak berhenti sampai disana saja.
Jangan kuatir kalau foto kita tidak disukai oleh lain, kita tidak akan memuaskan semua pihak, karena beauty is in the eye of beholder. Setiap orang memiliki selera yang berbeda-beda, persepsi terhadap keindahan itu subjektif. Daripada selalu berusaha keras membuat foto dengan teknis yang sempurna, lebih baik mengunakan pengetahuan teknis untuk mengkomunikasikan apa yang kita rasakan lewat fotografi.
kalau aku pribadi, foto yang baik itu yang komposisinya pas.
nggak perlu sampai komposisi warna, pencahayaan, dll sempurna. Peletakan objek yang baik didukung b’ground yang mendukung, itu sudah cukup kok
Om nanya nich,,,aq br beli canon 60 d lensa 18-135,,trus rencana mo beli flasnya,, kira2 yg cocok apa om,,,thanks
@Bellinda Canon 430EX II dan 600RT
maaf, saya mau tanya, saya baru mmbeli kamera fujifilm finepix hs35, kekurangan dan kelebihan dari kamera itu apa saja? dan apakah pas ketika seorang pemula menggunakan kamera tersebut,,,? trimakasih
@rachmat Coba baca kelebihan kekurangan kamera prosumer/superoom.
maaf om saya anak baru mau komen,,mungkin seperti musik ada yang suka jazz,dangdut,pop,rock,dan lain lain..keindahan foto tergantung siapa yang melihat,karena dari yang saya tau.saya mengatakan suatu foto itu indah tapi berbeda dengan orang lain.bahkan kadang ada yang tidak bisa melihat keindahan pada sebuah foto saya heran ko ada yang tidak bisa melihat keindahan foto.kenapa bisa gitu ya om??
@hendri Bisa jadi kurang terlatih atau kurang peka. Setiap orang memang beda-beda 🙂
Om,izin bertanya… Hehehe apa aja sih pendukung buat penghobi yg musti di miliki, misal flashlight ,tripod lens.. Buat penghobi aja gt.. Kamera pake d90..
Trims..
@Herlambang, flash, lensa, tripod, merupakan aksesoris penting bagu penghobi kamera. Kalau bisa punya semuanya he he he
betul, dimana ketika terlalu sibuk membuat yg sempurna, padahal yang sederhana itu lebih indah 😀
Saya setuju dengan pendapat tsb, karena sebenarnya tidak ada ukuran exact utk. keindahan foto. Secara umum dan garis-besar, ya memang ada, tapi kalau kita telaah lebih spesifik lagi, sulit untuk menilai. Ada orang yang berselera artistik, tapi ada pula yang lebih mementingkan realitas nyata.
Keindahan sebuah foto adalah perpaduan antara penguasaan teknis kamera, pengetahuan lighting, exposure, dan rasa keindahan. Mungkin yang terakhir ini(rasa keindahan) adalah pertama-tama bakat, walau memang bisa juga dipelajari sampai batas tertentu. Dengan demikian, lomba-lomba foto bersifat relatif, menurut selera para jurinya, apalagi melihat kenyataan bahwa foto bisa dikutak-katik dengan program Photoshop.
Ya itu pendapat saya yang masih berada di level biasa-biasa saja, tapi saya senang mengamati karya-karya orang lain dan menarik kesimpulan.
Wah ini bahasannya lebih dari sekedar teknik fotografi ya Enche, tapi bagaimana melahirkan foto bernilai seni karena ada nilai rasa dan emosi. Sangat inspiratif.