≡ Menu

Kepribadian menentukan selera fotografi

Bagus tidaknya sebuah foto sering dikatakan sebagai selera dari fotografer atau penikmat fotonya. Tapi taukah bahwa kepribadian kita memilih pengaruh atas apa yang kita sukai? Dalam teori 16 kepribadian Myers Brigg Type Indicator (MBTI), dikenal adannya dikotomi Sensing dan Intuitif, yang dilambangkan dengan huruf S untuk sensing dan N untuk intuitif. Type Sensing memiliki panca indera yang lebih peka terhadap detail, warna, rasa sedangkan type N lebih imajinatif dan fokus ke makna dan cerita dalam sebuah foto.

Jika kita kaitkan dengan fotografi, type Sensing akan menyukai foto yang detail, tajam dan jelas. Misalnya saat foto pemandangan, S senang memotret foto yang menghasilkan detail yang tajam dan jelas dari daun-daun sampai tekstur gunung dan awan di kejauhan. Still life, produk dan food photography juga salah satu yang jenis fotografi yang cocok untuk S, yang mana detail dari makanan sangat penting.

[continue reading…]
{ 0 comments }

Panasonic kembali menghadirkan lomba pembuatan film pendek yang sempat vakum selama pandemi covid. Di tahun 2022 ini, ada tiga kategori yang diperlombakan yakni film pendek, konseptual dan vertical video. Kompetisi ini memperebutkan hadiah senilai Rp360 juta dalam bentuk kamera, lensa dan uang tunai. Info lengkap bisa dibaca di situs PYFM2022.com

Peluncuran Panasonic Young Filmmaker Award 2022

Press Release dari Panasonic Indonesia

Jakarta, 10 November 2022 – Bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November 2022, Panasonic kembali mewujudkan komitmennya untuk memajukan industri kreatif di Indonesia dengan menghadirkan Panasonic Young Filmmaker 2022 sebagai wadah bagi filmmaker dan creator muda Indonesia untuk berkompetisi menghasilkan dan menunjukan karya terbaiknya dalam bentuk video.

Ajang kompetisi Panasonic Young Film Maker 2022 hadir dengan warna baru dengan kolaborasi bersama brand Panasonic lain seperti Panasonic TV, Panasonic Cooking dan Panasonic Beauty serta komunitas kreatif dan para professional dari industry perfilman dan juga videografi dalam setiap kategori. Hal ini merupakan bentuk penyesuaian Panasonic dengan tren video dan digital yang terjadi saat ini dan bertujuan untuk memperluas audience yang tidak hanya dari pembuat film tapi juga pembuat konten video digital dari berbagai latar belakang maupun minat.

Intan Abdams Katoppo, Transformation and Services Director PT Panasonic Gobel Indonesia mengatakan bahwa Panasonic Young Filmmaker merupakan salah satu upaya kami dalam berkontribusi untuk kemajuan industri kreatif di Indonesia dengan memberikan wadah bagi para creator muda Indonesia menunjukan karyanya dalam bidang videografi sekaligus memberi kesempatan kepada mereka bertemu dan berdiskusi dengan para professional dibidangnya.

Dalam rangkaian acara PYFM 2022, para filmmaker dan content creator muda nantinya akan diberikan kesempatan untuk saling belajar dari para ahli dan mendapatkan lebih banyak ilmu mengenai tren serta proses pembuatan film maupun video digital.

[continue reading…]
{ 0 comments }

Sony A7R V – Makin pintar dengan AI Autofocus

Sony A7R V adalah kamera mirrorless Sony canggih yang beresolusi paling tinggi di jajaran kamera Sony Alpha. Kamera semacam ini biasanya digunakan fotografer yang ingin merekam sebanyak mungkin detail seperti fotografer landscape, fashion dan komersial yang sering cetak besar atau cropping.

Desain dan fitur baru Sony A7R V

A7R V memiliki beberapa persamaan dengan pendahulunya A7R IV, yaitu dari segi desain body, penggunaan sensor full frame 61MP. Peningkatan-peningkatannya lebih banyak ke aspek lain.

Peningkatan yang paling penting adalah sistem autofokusnya yang menggunakan teknologi AI (Artificial Intelligence), sehingga dapat mengenali berbagai subjek dengan mudah dengan akurasi yang lebih tinggi.

Kedua adalah layar LCD nya kini bisa dilipat ke samping, tapi juga bisa dilipat ke atas dan kebawah. Layar yang bisa dilipat di samping dan ke depan biasanya disukai videografer, dan layar yang bisa di-tilt ke atas, kebawah biasanya lebih disukai fotografer.

[continue reading…]
{ 0 comments }

Apa yang baru di Canon EOS R6 Mark II?

Kamera mirrorless Canon EOS R6, menjadi lini menengah yang punya fitur lebih baik dari dua EOS R generasi awal seperti R dan RP, dan ditujukan dibawah R5 yang mengusung resolusi sensor tinggi dan video 8K. Posisi itu sebenarnya sudah pas dengan target pembeli adalah yang mencari kamera seimbang di berbagai fiturnya, atau yang tidak memerlukan resolusi ekstra tinggi. Tapi pilihan Canon saat itu memberi sensor di R6 setara flagship DSLR-nya yang beresolusi 20MP, memang diakui atau tidak, menyulitkan posisi R6 untuk bersaing dengan produk sekelas yang sensornya 24MP. Saya pribadi saat mencoba R6, tidak ada masalah dengan sensor yang 20MP, tapi orang lain mungkin akan merasa perlu punya kamera yang minimal sensornya 24MP. Untuk itu, seperti yang banyak dirumorkan, Canon meneruskan R6 generasi kedua dengan sensor 24MP. Tapi bukan cuma itu saja, ada hal-hal menarik lain yang baru di EOS R6 Mark II. Apa saja?

Kini dengan sensor 24MP

Kecepatan memotret kontinu, sepertinya jadi begitu banyak ditingkatkan oleh berbagai produsen kamera akhir-akhir ini. EOS R6 Mark II juga mendapat peningkatan speed burst sampai 40 fps dalam mode shutter elektronik. Di era videografi semakin menuntut kamera yang punya banyak fitur video, R6 Mark II pun dibekali kemampuan video 4K 60p tanpa crop (atau bisa juga dengan APS-C crop untuk bisa merekam video lebih lama). Kalau merekam dengan fps normal 30 fps, tidak ada batasan durasi waktu rekam, sampai baterai habis atau sampai memori full. Fitur lainnya adalah ProRes RAW 6K bila direkam via HDMI out ke perekam eksternal seperti Atomos tipe tertentu.

Hal yang masih sama dengan R6 sebelumnya adalah desain fisik, stabilisasi 8 stop, dual slot SD Card (UHS-II), baterai, layar dan jendela bidik juga masih sama. satu hal kecil yang sering luput dari perhatian adalah hot shoe, dimana meski tampak sama, hot shoe di R6 Mark II (dan EOS R terbaru seperti R7, R10, R3) memiliki multi adapter port, yang bisa dipakai untuk memasang flash tipe baru atau mic jenis tertentu yang bisa 4 channel audio.

[continue reading…]
{ 0 comments }

Fujifilm X-T5 – Kembali ke Fotografi

Fujifilm X-T5 punya tag line “Back to Photography.” Slogan ini saya yakin menarik bagi teman-teman yang senang fotografi. Pasalnya, belakangan ini, hampir semua pabrikan berlomba-lomba mempromosikan kecanggihan fitur videografi dari kamera terbaru mereka.

Sebagian fotografer yang mungkin merasa, wah, saya tidak menggunakan fitur video, tapi harus menerima desain yang lebih cocok untuk merekam video. Selain itu, dengan komponen dan desain yang mengakomodir kebutuhan foto & video dalam satu kamera, harga dan berat kamera pelan-pelan merayap naik dari generasi ke generasi.

Desain kamera

Hadirnya Fujifilm X-T5 seakan-akan kembali ke jati diri Fujifilm X sebagai kamera yang lebih photo-centric. Secara desain, X-T5 ini sangat mirip dengan X-T1, kamera legendaris Fujifilm yang  modelnya seperti kamera film/analog.

Ciri utamanya adalah memiliki shutter speed dial di atas kamera. Ia juga punya jendela bidik, yang pastinya membantu saat memotret di siang hari.

[continue reading…]
{ 0 comments }

Tanggal 26 Oktober 2022 ini, Sony global secara resmi mengumumkan Sony A7R V, kamera mirrorless full frame dengan sensor 61MP. Kamera ini merupakan kelanjutan dari Sony A7R IV yang dirilis tiga tahun yang lalu (2019). Sony mempertahankan sensor 61MP tapi meningkatkan fitur-fitur lainnya.

Fitur yang paling menonjol adalah sistem autofokusnya yang kini makin canggih dengan kemampuan pengenalan subjek yang lebih banyak dan akurat dengan teknologi AI (Artificial Intelligence) dan processor baru BIONZ XR dan AI Processing Unit. Berkat teknologi baru ini, A7R V dapat mendeteksi subjek manusia, hewan, burung, serangga, kendaraan dan kereta api.

[continue reading…]
{ 1 comment }

Lensa telefoto 70-300mm selalu menarik bagi teman-teman pencinta fotografi.. karena lensa ini dapat menjangkau subjek yang jauh seperti untuk foto olahraga, satwa atau candid portrait.

Kali ini saya ingin membahas lensa Tamron 70-300mm f/4.5-6.3 RXD, yang dirancang Tamron untuk Nikon Z. Lensa ini mencakupi sensor full frame, jadinya cocok untuk Nikon Z6,7 dan 9, tapi dapat digunakan juga di Nikon Z bersensor APS-C seperti Z30, Z50 dan Zfc. Saat dipasang di kamera Z50, jangkauan lensa ini akan lebih jauh diakibatkan dengan crop factor 1.5X.

Sebelumnya, Tamron sudah membuat lensa yang serupa untuk Sony E-mount, yang reviewnya sudah tayang di blog & channel YouTube infofotografi.

Kehadiran Tamron ini menjadi angin segar untuk pengguna Nikon Z, karena lensa telefoto semacam ini belum ada dalam portofolio lensa Nikon Z khususnya yang full frame.

Secara desain, lensa ini sangat simple, tidak punya tuas, atau tombol di badan lensanya. Hanya ada zoom dan manual fokus ring. Lensa ini panjangnya sekitar 15 cm, tapi bisa memanjang saat di zoom dan lens hood telah disediakan dalam paket pembelian.

Filter yang digunakan 67mm, mirip dengan sebagian besar lensa Tamron masa kini, dengan berat setengah kilogram, yang menurut saya relatif ringan untuk lensa full frame yang dapat mencapai 300mm.

Bukaan maksimum lensa ini variable, sehingga berubah-ubah saat kita mengubah jarak fokalnya, atau zoomdi 70-100mm f/4.5, 135 f/5, 200 f/5.6, dan di 300 f/6.3

Saya telah mencoba lensa ini dengan kamera Nikon Z7 di dalam dua kesempatan yaitu untuk memotret satwa di kebun binatang dan di pasar dan saya mendapati 300mm di kamera full frame kadang terasa kurang jauh untuk satwa buas. Untungnya kamera Z9 yang punya resolusi tinggi yaitu 45MP memungkinkan cropping tanpa mengurangi kualitas terlalu banyak.

Kelebihan lensa lainnya yaitu sudah dilapisi coating BBAR yang efektif untuk membuat subjek foto tajam di kondisi backlight.  Lensa ini juga bisa close up agak dekat dibandingkan dengan lensa biasa yaitu 80cm, sedangkan lensa tele biasanya sekitar 1 meter.

Bagi yang suka main outdoor juga tidak perlu kuatir karena lensa ini sudah dust & moisture resistant. Dan kalau ada firmware update, juga bisa update via port USB dan software Tamron Lens Utility disini.

Autofokus yang digunakan adalah type RXD, sejenis stepper motor yang dirancang untuk mulus dan cepat saat video, dan tidak berisik. Motor fokus ini terbilang sudah bagus, tapi bukan yang tercepat. Yang lebih cepat lagi untuk subjek yang bergerak sangat cepat dan tidak beraturan adalah type VXD yang biasanya dijumpai di lensa-lensa Tamron kelas atas.

Adapun kelemahan lensa ini adalah tidak memiliki stabilizer di lensa, tapi cukup banyak kamera mirrorless full frame yang memiliki built-in stabilization di body yang akan sangat membantu. Hanya saja kalau dipasang di Nikon Z30/Z50 yang belum punya stabilizer, teman-teman harus lebih berhati-hati.

Kelemahan lain adalah bukaan maksimum di rentang 200-300, relatif kecil (5.6-6.3) sehingga saat memotret di kondisi mendung atau indoor, ISO terpaksa harus agak tinggi, misalnya sekitar ISO 1600. Untungnya kamera sekarang ISO tingginya cukup bagus dibandingkan dengan era DSLR.

Untuk bokeh / latar belakang blur, karena jarak fokal lensa-nya cukup tele, meski bukaan maksimum lensa ini tidak besar-besar sekali, tapi kita masih dapat memisahkan subjek foto dari latar belakangnya.

Secara keseluruhan, kualitas lensa ini dari segi fisik maupun kualitas hasil saya nilai baik saat dipasangkan di Nikon Z9. Hasilnya cukup tajam dan detail saat digunakan direntang 70-200-an. Harga resmi lensa ini saat saya review adalah Rp11.2 juta dan jika Anda berminat membeli, infofotografi dapat membantu. Silahkan hubungi kami di WA 0858 1318 3069.

Saksikan dan lihat hasil gambar Tamron 70-300mm for Nikon Z selengkapnya di YouTube infofotografi.com
{ 0 comments }

Saat kami kedatangan lensa tele baru dari Tamron dengan rentang fokal mulai dari 50mm, berakhir di 400mm dengan rentang aperture yang masih cukup besar f/4.5-6.3 dan bonus ada VC, tentu menggoda bagi saya untuk mencobanya. Lensa dengan E-mount dan mencakup sensor full frame ini bahkan akan semakin tele bila dipasang di Sony APS-C karena crop factor, dan menjadi 75-600mm, dengan dimensi dan bobot yang masih relatif nyaman untuk dibawa-bawa. Saya pun mencoba lensa di di bodi Sony A7 III dan menjajal untuk memotret harimau di Ragunan.

Lensa Tamron 50-400mm f/4.5-6.3 VC ini sendiri dijual di harga 20 juta, termasuk lensa kelas atas yang artinya punya kualitas optik terbaik dari Tamron, juga motor fokus gesit VXD, dan bulit-quality premium yang dilengkapi dust & moisture resistance. Diameter filternya 67mm, dapat flower shape hood, dan bisa fokus dekat hingga 0.26 meter (di fokal 50mm) juga menjadi info tambahan yang bisa saya ceritakan di awal.

Rentang fokal 50-400mm menurut saya benar-benar enak. Kita bisa ambil foto dengan perspektif normal (bukan tele) untuk kebutuhan potret, dokumentasi dan foto produk. Tanpa ganti lensa, kita bisa masuk ke teritori telefoto seperti 100mm, 200mm hingga 400mm yang bakal membantu untuk foto candid, satwa, olah raga dan sebagainya. Dengan adanya VC, kita juga bisa ambil foto dengan shutter agak lambat, misalnya 1/50 detik, untuk mengkompensasi bukaan lensa yang tidak terlalu besar.

Urusan auto fokus juga cepat, karena motor fokus VXD di lensa Tamron itu setara dengan motor fokus di lensa elit Sony, yang cocok untuk foto aksi cepat yang bergerak maju mundur. Ada tuas preset fokus di lensa yang bisa diprogram melalui Tap-in console, terhubung via USB port lensa. Di sisi kiri lensa juga ada satu tombol yang bisa diprogram untuk beberapa fungsi misalnya untuk AF-on, diatur melalui menu kamera. Secara umum saya menyukai lensa ini dan berharap Tamron juga akan membuat lensa ini dalam mount lain seperti Nikon Z dan Fuji X.

[continue reading…]
{ 0 comments }

Lensa Tamron 20-40mm f/2.8 ini termasuk lensa yang tidak biasa/unik karena jarak fokalnya. tidak lebar sekali, seperti 16-35mm, tapi juga tidak panjang/telefoto. Lensa ini dirancang khusus mencakupi bidang sensor full frame seperti seri Sony A7.

[continue reading…]
{ 0 comments }

Review kamera di ponsel Xiaomi 12 Pro

Saya beruntung telah mencoba Xiaomi 12 Pro dari beberapa bulan lalu. Ponsel ini sudah saya bawa seputar Jakarta, kepulauan seribu dan juga pulau Batam. Maka itu, kita punya banyak contoh foto untuk review kali ini. Saat diluncurkan awal tahun ini, Xiaomi 12 Pro ini termasuk salah satu ponsel kelas atasnya Xiaomi.

Desain kamera ini tergolong premium, bahan dan finishingnya bagus, ponselnya sendiri terasa kokoh dengan layar yang luas, 6.7 inci dan cerah. Warna yang tersedia untuk ponsel ini yaitu hitam, ungu dan abu-abu. Yang saya review kali ini adalah warna ungu, mungkin tepatnya ungu muda.

Di bagian belakang ponsel, modul-modul kamera tersusun rapi di bagian kiri atas. Seperti yang kita lihat, ponsel ini punya beberapa modul kamera:  modul utamanya bersensor relatif besar yaitu 1/1.28″ dengan resolusi 50MP dan bukaan  f/1.9.

Modul kedua yaitu modul ultrawide 50MP f/2.2 dan yang ketiga telefoto 48mm f/1.9 dengan sensor yang lebih kecil. Penggunaan sensor 50MP untuk ketiga kamera cukup menarik, karena di ponsel lain biasanya resolusinya berbeda-beda. Tapi output fotonya secara default adalah 12MP.

[continue reading…]
{ 2 comments }